Martina Himpede saat memanjat pohon kelapa/ist Boltim, Manadotopnews. com - Seorang ibu tidak pernah menginginkan hadiah mewah dari ana...
 |
| Martina Himpede saat memanjat pohon kelapa/ist |
Boltim, Manadotopnews. com - Seorang ibu tidak pernah menginginkan hadiah mewah dari anaknya. Bahagianya sang ibu datang dari hal-hal sederhana. Asal anaknya selalu menuruti nasihat dan membalas perlakuannya dengan baik, ia sudah senang. Kesenangan ini kadang tidak terlihat langsung di wajahnya, tetapi terukir dengan indah di hatinya.
Saat ia sedih pun, jarang langsung ia tunjukkan pada anak-anaknya. Seolah-olah ia selalu terlihat bahagia, padahal siapa yang tahu apa yang ia rasakan sebenarnya. Yang jelas, kebahagiaan anak dan suaminya adalah kebahagiaan dirinya juga, tak perlu harus sekeras apapun ia lakukan agar anak dan suaminya bisa tersenyum.
Tak peduli profesi, tingkat sosial atau usia, seorang ibu tetaplah ibu.
Dengan wajah cokelat yang tersirat kelelahan tetapi terlihat ramah, ibu ini bercerita tentang kehidupannya sehari-hari dimana suaminya adalah seorang cacat.
Martina Himpede (43), warga Dodap, Kecamatan Tutuyan boleh dikatakan super. Demi menghidupkan keluarganya ia relah memanjat 60-100 pohon kelapa.
Pekerjaan memajat kelapa dilakukan sudah sejak usia17 tahun. Kehidupan kerja keras sebagai petani kelapa muncul dari keluarga.
"Saya orang susah. Ayah dan ibu saya mengajarkan untuk kerja keras sejak masih muda," kata Martina saat bersua dengan media ini Sabtu (29/7).
Rasa takut sering muncul di dalam hati Martina, ketika sedang memanjat pohon. Perasaan ingin jatuh, sering menghantui pikiran. Karena terlalu banyak pohon yang dipanjat.
"Saya hanya cuek. Untuk menghilangkan pikiran itu, bersuil sambil memajat pohon sambil menurunkan buah kelapa," tutur ibu dua anak ini.
Dia menambahkan, kesulitan saat memajat yakni ketika ada ular atau lipan (kaki seribu) di di pohon kelapa.
Resiko memanjat pohon tak sebanding dengan bayarannya, untuk satu pohon yang diupahi Rp3.000. Maka menambah upahnya, mengumpulkan kelapa, kemudian mengasapnya hingga menjadi kopra.
"Hasil dari mengasap bisa mencapai Rp2 juta perbulan bersih dari kotornya Rp6 juta. Karena harus dipotong dengan pengeluaran," kata dia lagi.
Pekerjaan memanjat pohon lanjut Dia, dimulai pukul 06.00-11.00 Wita kemudian dilanjutkan lagi 14.00-17.00 Wita.
Aanak sulung Martina Wandi Sihure mengatakan, memang ibu, sangat luar biasa.
"Saya salut, karena bisa menjadi tulang punggu, sebab ayah kami cacat. Sekarang aktivitas ibu sudah mulai berkurang tidak seperti dulu lagi. Sekarang ibu hanya mengupas kelapa. " ucapnya. (Matt/Rey)
