Mudik Lebaran/Ist Manadotopnews.com -Mudik adalah salah satu tradisi yang melekat erat dengan hari raya Idul Fitri. Momen tersebut sela...
Mudik Lebaran/Ist |
Manadotopnews.com-Mudik adalah salah satu tradisi yang melekat erat dengan hari raya Idul Fitri. Momen tersebut selalu dinantikan oleh para perantau untuk kembali berkumpul dengan keluarga besar.
Tapi tidak demikian dengan mahasiswa Jurnalistik IISIP Jakarta, Meutia. Dia mengaku tidak memiliki tradisi pulang kampung ketika Hari Kemenangan tiba. Pertimbangan biaya menjadi alasan kedua orangtuanya tidak mudik saat Lebaran.
"Rencananya tahun ini mau pulang kampung, tapi uangnya terpakai untuk masuk kuliah adik saya. Sementara kampung ayah di Aceh, butuh biaya banyak untuk ke sana," kata Meutia kepada wartawan, belum lama ini.
Menurut Meutia, keluarganya memang tidak memiliki tradisi pulang kampung. Mereka, lanjutnya, biasa memilih Idul Adha untuk berkunjung ke Tanah Rencong itu.
"Di keluarga saya memang tidak ada tradisi pulang kampung. Kalaupun pulang kampung tidak pernah waktu Lebaran karena tiket pesawatnya mahal banget. Lebih sering pulang kampung waktu Idul Adha," paparnya.
Alasan serupa juga disampaikan oleh mahasiswa Sistem Informatika Universitas YAI, Risna. Mahasiswa rantau itu mengurungkan niat kembali ke kampung halamannya di Asahan, Sumatera Utara lantaran biaya mudik yang mahal.
"Karena ongkosnya mahal. Harus beli tiket pesawat ke Medan, terus harus naik kereta atau bus lagi ke Asahan," tutur Risna.
Selain pesawat, sebenarnya Risna bisa saja menggunakan moda transportasi kapal laut dengan biaya yang lebih murah. Namun, waktu perjalanan yang lama hanya membuat badan terasa capek.
"Bisa naik bus atau kapal ke Belawan tapi waktu tempuhnya lama. Bisa empat sampai lima hari karena musim mudik pasti macet. Sementara waktu libur dari tempat kerja terbatas. Hanya capek di jalan kalau dipaksakan naik angkutan selain pesawat," urainya. (*/oz)
Tapi tidak demikian dengan mahasiswa Jurnalistik IISIP Jakarta, Meutia. Dia mengaku tidak memiliki tradisi pulang kampung ketika Hari Kemenangan tiba. Pertimbangan biaya menjadi alasan kedua orangtuanya tidak mudik saat Lebaran.
"Rencananya tahun ini mau pulang kampung, tapi uangnya terpakai untuk masuk kuliah adik saya. Sementara kampung ayah di Aceh, butuh biaya banyak untuk ke sana," kata Meutia kepada wartawan, belum lama ini.
Menurut Meutia, keluarganya memang tidak memiliki tradisi pulang kampung. Mereka, lanjutnya, biasa memilih Idul Adha untuk berkunjung ke Tanah Rencong itu.
"Di keluarga saya memang tidak ada tradisi pulang kampung. Kalaupun pulang kampung tidak pernah waktu Lebaran karena tiket pesawatnya mahal banget. Lebih sering pulang kampung waktu Idul Adha," paparnya.
Alasan serupa juga disampaikan oleh mahasiswa Sistem Informatika Universitas YAI, Risna. Mahasiswa rantau itu mengurungkan niat kembali ke kampung halamannya di Asahan, Sumatera Utara lantaran biaya mudik yang mahal.
"Karena ongkosnya mahal. Harus beli tiket pesawat ke Medan, terus harus naik kereta atau bus lagi ke Asahan," tutur Risna.
Selain pesawat, sebenarnya Risna bisa saja menggunakan moda transportasi kapal laut dengan biaya yang lebih murah. Namun, waktu perjalanan yang lama hanya membuat badan terasa capek.
"Bisa naik bus atau kapal ke Belawan tapi waktu tempuhnya lama. Bisa empat sampai lima hari karena musim mudik pasti macet. Sementara waktu libur dari tempat kerja terbatas. Hanya capek di jalan kalau dipaksakan naik angkutan selain pesawat," urainya. (*/oz)