Pulau Bantong di Boltim (Foto Muhamat Kartoredjo) Kotabunan , mtn.com - Teluk Ponaguan dan Pulau Bantong di Kabupaten Bolaang Mongon...
Pulau Bantong di Boltim (Foto Muhamat Kartoredjo) |
Kotabunan, mtn.com - Teluk Ponaguan dan Pulau Bantong di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) menyimpan misteri. Legenda keduanya masih hangat dalam ingatan nelayan dan masyarakat di Tanah Totabuan sebelah timur.
Teranyar, Teluk Ponaguan (Mongondow=Penyimpanan) pada zaman lampau menjadi tempat pembuangan mayat. Menurut tuturan masyarakat, saat itu masa Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta). Di teluk ini juga ditemukan rangka manusia yang panjangnya mencapai 3 Meter.
Lain halnya juga dengan Pulau Bantong. Nama nusa ini diambil dari Bahasa Mongondow, artinya Sapi Hutan atau Anoa. Suatu saat di masa lampau, pulau ini dihuni banyak Bantong.
Pulau tersebut merupakan tempat persinggahan nelayan ketika selesai mencari ikan di laut. Sejumlah nelayan yang pernah menginap pun menuturkan, Pulau Bantong sangat angker. Tak heran, masyarakat turun temurun selalu diingatkan agar tidak boleh sembarangan saat berada di pulau itu.
Kesan mistis Pulau Bantong kian menguat menyusul mengemukanya kesaksian warga Kotabunan. Abubakar Dochmi misalnya. Katanya, di pulau tersebut kerap terjadi hal yang aneh.
"Kalau menginap, jangan sembarang bicara, terutama soal perempuan. Jika tidak, pasti terjadi hal-hal yang aneh. Contohnya, saat singgah, kami membuat api untuk membakar ikan. Malamnya kita perbincangkan tentang perempuan. Besok paginya, sisa-sisa kayu bakar akan berserakan," tutur Dochmie belum lama ini.
Lanjutnya, daratan yang bersebelahan dengan Pulau Nenas (Bombuyanoi) ini, terdapat lubang besar. Pernah suatu waktu, warga Bitung datang dan menggali lubang. Tujuan mereka mencari harta karun, tapi hasilnya nihil.
Sementara itu informasi yang berhasil dirangkum media ini, versinya berbeda. Konon, setiap menjelang magrib, di pulau ini menangis.
"Tiap sore selalu terdengar suara tangisan perempuan dari Pulau Bantong," imbuh Juma Mokoagow, nelayan asal Desa Bulawan.
(Matt/Rey)