Suasana pembukaan pertemuan Advokasi Pengendalian Tuberkulosis/ist Turuyan, Manadotopnewscom - Sekretaris daerah (Sekda) Bolaang Mong...
Suasana pembukaan pertemuan Advokasi Pengendalian Tuberkulosis/ist |
Turuyan, Manadotopnewscom - Sekretaris daerah (Sekda) Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Ir Hi Muhammad Assagaf dengan resmi membuka pertemuan advokasi program pengendalian tuberkulosis tingkat kabupaten tahun 2017 di ruang rapat Dinas kesehatan Senin (19/09).
Dalam sambutannya, panglima ASN Pemerintah kabupaten (Pemkab) Boltim ini mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan dikarenakan daerah Boltim menjadi prioritas untuk kasus penyakit menular yakni Tuberkulosis atau yang sering dikatakan sebagai TB.
Untuk itu, kegiatan ini agar secepatnya ditindaklanjuti hingga ke sekolah se Boltim. Hal ini perlu dilakukan mengingat ada seorang guru di Boltim yang terindikasi mengidap penyakit ini.
"Kita akan mengumpulkan seluruh kepala sekolah untuk memberikan bekal pengetahuan bagaimana cara mendeteksi penderita TB," ungkapnya.
Lanjut, Sekda meminta dengan tegas bagi instansi terkait dalam hal ini dinas kesehatan bersama Bappelitbangdal untuk mempersiapkan program Rencana Aksi Daerah (RAD) ditahun 2018 mendatang. Tujuannya untuk menangani penderita penyakit ini secara langsung. Pasalnya, hingga saat ini Boltim satu-satunya daerah se Provinsi yang belum membuat RAD.
"Dalam RAD tersebut terdiri dari Sosialisasi, Inventarisasi dan Aksi. Dan saya berharap nantinya, program ini harus disusun dengan sebaik-baiknya. Sebab, dari pihak dinas kesehatan provinsi siap mendampingi dan membantu rencana kerja ini," tambahnya.
Terpisah, Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Eko Rujadi Marsidi SKM ME mengatakan bahwa kegiatan ini bersifat penting, guna menekan kasus pengidap penyakit menular ini. Untuk itu, ia berharap agar seluruh satu kerja hingga ketingkat kecamatan dan desa dapat bersinergi memaksimalkan implementasi dari kegiatan ini.
"Di tahun 2016 Indonesia adalah negara ke 2 terbanyak penderita penyakit TB sesudah india. Parahnya, hasil perhitungan seluruh puskesmas se indonesia data penderita tersebut hanya kurang lebih sekitar 30%. Jadi dapat disimpulkan bahwa, hasil presentasi yang ada, penderita penyakit ini masih akan terus bertambah termasuk di daerah Boltim," ujarnya.
"Maka, kami berharap agar kiranya apa yang disampaikan dari pihak pemerintah provinsi mulai dari langkah-langkah pendeteksian serta penanganan lanjutan bagi para penderita, dapat dilakukan secara maksimal sesuai dengan tata cara yang sudah dijelaskan," tambah Eko.
Diketahui, pada kegiatan tersebut turut dihadiri perwakilan dari Dinas kesehatan provinsi Sulawesi utara yang menjadi pemateri pada kegiatan ini, seluruh Camat dan Kepala Puskesmas (Kapus) serta sekretaris BAPPELITBANGDAL juga dihadiri oleh sejumlah perwakilan Satuan kerja Pemkab Boltim lainnya.
(Matt/Rey)