Manadotopnews.com - Peningkatan wawasan kebangsaan yang dilakukan oleh seluruh warga masyarakat mendapat apresiasi oleh semua kalangan ...
Manadotopnews.com - Peningkatan wawasan kebangsaan yang dilakukan oleh seluruh warga masyarakat mendapat apresiasi oleh semua kalangan tidak terkecuali aparat pemerintah dimana hal ini sangat perlu diberikan guna tetap terjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka mempertahankan Kebhinekaan serta kedaulatan bangsa, dengan demikian guna untuk tetap terjaganya hal tersebut serta menanamkan rasa persatuan dan kesatuan maka Korem 131/Santiago melalui Staf Teritorial melaksanakan kegiatan Komunikasi Sosial bersama Aparat Pemerintah Provinsi Sulut dan Kota Manado yang dilaksanakan di Aula Makorem 131/Santiago yang dibuka oleh Kasrem 131/Santiago Kolonel Inf Endro Satoto SIP MM yang dalam kegiatan tersebut membacakan sambutan Danrem 131/Santiago.
Dalam sambutan tersebut mengatakan dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang mempunyai dasar negara Pancasila dan UUD 1945 untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat mejemuk dibawah suatu tatanan uang inklusif dan demokratis dimana berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada Era globalisasi sangat komplek terutama yang berkaitan dengan masalah Nasionalisme yang harus dipahami oleh semua elemen bangsa termasuk didalamnya para aparatur negara yang ada di provinsi Sulut dengan nilai-nilai nasionalisme atau kebangsaan merupakan hakiki setiap warga negara yang harus dipahami dan diimplementasikan dalam kesadaran bela negara untuk mengabdikan diri kepada bangsa dan negaroleh karena itu untuk menumbuhkan rasa nasionalisme merupakan proses yang terus berlangsung dalam interaksi sejarah yang panjang baik yang dilakukan pada masa lalu oleh para pendahulu bangsa dan saat ini oleh kita sebagai pelaku maupun pada masa yang akan datang oleh generasi penerus bangsa yang menjadi penentu bagi kuat tidaknya identitas nasional yang pada arti penting penguatan nilai-nilai kebangsaan yang bersumber dari nilai-nilai lokal masyarakat yang bersinergi sebagi filter sekaligus landasan bagi interaksi global yang tidak terelakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diman interaksi kehidupan global akan memnerikan manfaat bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegaraketika kita berlangsung dalam kesetaraan antara bangsa dengan kerekternya masing-masing sebagai implementasi dari nilai-nilai kebangsaan yang diyakininya, bahwa kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan di tengah perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan. Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat dinamis, humanis dan demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat dikalangan bawah, sehingga kerukunan tersebut tidak hanya dapat dirasakan/dinikmati oleh kalangan-kalangan atas/orang kaya saja. Karena, agama tidak bisa dengan dirinya sendiri dan dianggap dapat memecahkan semua masalah. Agama hanya salah satu faktor dari kehidupan manusia yang mendasari dalam setiap melaksanakan aktifitas sesuai fungsinya masing-masing yang dalam konteks pembangunan bangsa, istilah multikultural ini telah membentuk suatu ideologi yang disebut multikulturalisme. Konsep multikulturalisme tidak dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam kesederajatan mengingat pentingnya pemahaman mengenai multikulturalisme dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara terutama bagi negara-negara yang mempunyai aneka ragam budaya masyarakat seperti indonesia, maka pendidikan multikulturalisme ini perlu dikembangkan.
Disisi lain perlunya semangat kebangsaan atau nasionalisme yang merupakan perpaduan atau sinergi dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Hal ini tercermin pada sekelompok masyarakat yang sudah mulai luntur dalam pemahaman pluralisme, karena pada kenyataannya bangsa indonesia terdiri atas bermacam suku, golongan dan keturunan yang memiliki ciri lahiriah, kepribadian, kebudayaan yang berbeda, serta tidak menghapus kebhinekaan, melainkan melestarikan dan mengembangkan kebhinekaan sebagai dasarnya, oleh karena itu perlunya pemahaman tentang wawasan kebangsaan yang merupakan cara pandang mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan yang mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Wawasan kebangsaan atau wawasan nasional indonesia adalah merupakan sebuah pedoman yang masih bersifat filosofi normatif. Sebagai perwujudan dari rasa dan semangat kebangsaan yang melahirkan bangsa indonesia yang terus berubah sejalan dengan proses perkembangan kehidupan bangsa dari waktu ke waktu sehingga perlu kita pahami bersama bahwa pertahanan negara, merupakan salah satu fungsi pemerintahan, yang bertitik tolak dari falsafah dan pandangan hidup bangsa, sebagai upaya untuk mempertahankan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah NKRI dan melindungi keselamatan segenap bangsa dan tumpah darah indonesia dari segala bentuk ancaman baik yang datang dari dalam maupun luar negeri. Pertahanan negara selayaknya dipersiapkan oleh pemerintah secara dini dan terus-menerus, sejak masa damai sampai masa perang dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berkelanjutan yang dalam undang-undang nomor 34 tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia telah secara tegas memerintahkan angkatan darat untuk melaksanakan tugas-tugas pemberdayaan wilayah pertahanan di darat melalui penyiapan segala potensi dan sumber daya yang ada secara dini untuk kepentingan pertahanan negara di darat maka untuk menyiapkan potensi dan sumber daya tersebut, korem 131/santiago berupaya secara proaktif menyeleng-garakan berbagai kegiatan yang bersifat pembinaan teritorial, di antaranya dengan metode komunikasi sosial guna menjalin dan memelihara serta meningkatkan komunikasi dengan segenap aparatur sipil negara di daerah yang ada di wilayah kerja korem 131/santiago.
Selesai acara pembukaan dilanjutkan dengan kegiatan Komsos kepada aparat pemerintah dengan materi Mewaspadai Proxi War dengan membangun Karakter Bangsa guna memperkuat Ketahanan Wialayah Nasional dalam rangka menjaga keutuhan NKRI yang dibawahkan oleh Kasiter Korem 131/Santiago Kolonel Inf Saripuddin SIP yang mengingatkan tentang Ancaman Bangsa Indonesia, Kewajiban Warga Negara dalan Bela Negara dan menghadapi Bangkitnya yang pada kesimpulannya Indonesia sedang manghadapi Proxy War baik secara lokal, Nasional, Regional maupun Global, Pembangunan jati diri & karakter individu anak bangsa harus dimulai dari rumah, sekolah dan di lingkungan masyarakat dan Peran ortu sangat dominan dalam menanamkan dasar pembentukan karakter anak selanjtnya meteri tentang Bahaya laten Komunis oleh Kepala Bidang Bina Idiologi Wasbang dan Karakter Bangsa Badan Kesbangpol Provinsi Sulut Ruddy Palandeng, SE dengan kesimpulan Para penganut paham komunis menyakini bahwa komunis adalah satu-satunya cara untuk mengubah tatanan dunia sekalipun Ideologi ini telah usang di telan jaman tetapi kita tetap harus waspada bahwa ideologi komunis akan dapat berkembang ketika kita lengah dan terpesona dengan propaganda-propaganda apalagi jika kadernya menggunakan dalil dan ayat-ayat suci,
Komunis di Indonesia merupakan bahaya latent yang tidak pernah mati akan tetapi hanya beruabh bentuk serta akan terus berkembang dengan gaya baru sehingga peran serta masyarakat sangat di butuhkan sebagai suport bagi pemerintah dalam hal ini TNI dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI dari bahaya latent komunis dan Sebagai warga negara kita harus saling bahu membahu membantu dalam membendung perkembangan PAHAM KOMUNIS DI INDONESIA, INGAT KOMUNIS SEKARANG SUDAH ADA DI MANA-MANA dan yang terakhir dengan materi Revolusi Mental Berwawasan Kebangsaan oleh Drs Hi Muhtar G Bonde yang dalam kesimpulannya Revolusi Mental adalah satu hal yang berdampak baik, akan mampu masyarakat Indonesia dalam menghadapi dan menangani masalah akibat dari persaingan global, Revolursi Mental juga berdampak baik pada kelestarian budaya-budaya Indonesia dan Revolusi Mental masyarakat dapat menghilangkan kebiasaan bangsa penjajah yang kerap bertentangan dengan nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia. (Shaker)