Istimewa Manadotopnews.com -Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu di Tanah Air merupakan bukti kejeniusan pemuda bangsa. Betapa tid...
Istimewa |
Manadotopnews.com-Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu di Tanah Air merupakan bukti kejeniusan pemuda bangsa. Betapa tidak, satu bahasa terbukti mampu menyatukan beragam perbedaan di Nusantara.
Hal tersebut disampaikan Menteri Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan ketika memimpin Upacara Sumpah Pemuda di halaman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pagi ini. Menurut Anies, dunia internasional sering terpukau menyaksikan pluralitas bangsa Indonesia.
Pasalnya, dari sekira 17 ribu pulau di sepanjang khatulistiwa, ada lebih dari 250 bahasa dan dialek dari 1.000 lebih etnis dan subetnis. Dunia melihat Indonesia sebagai bangsa yang hiperplural namun bisa hidup berdampingan secara relatif damai.
"Polarisasi, friksi, bahkan konflik antara berbagai komponen bangsa memang tidak absen. Konflik sering terjadi. Meski demikian, seburuk-buruknya konflik di Indonesia, pada saat harus duduk semeja berdialog dan merundingkan kepentingannya, mereka berkomunikasi tanpa penerjemah, duduk menyelesaikan konflik dengan menggunakan bahasa bersama, bahasa Indonesia," papar Anies, di halaman Kemendikbud, Selasa (28/10/2014).
Bagi Anies, kehadiran bahasa Indonesia merupakan bukti kesadaran sebangsa yang luar biasa. Bahkan, ini merupakan bukti kejeniusan para pemuda pada 1928.
"Kesadaran perlunya instrumen pemersatu kebhinekaan adalah fondasi terwujudnya satu negara.
Kemampuan membaca perubahan zaman itu diterjemahkan dengan besarnya optimisme anak-anak muda tentang masa depan bangsanya," tutur Anies. (*/oz/sh)
Hal tersebut disampaikan Menteri Kebudayaan Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan ketika memimpin Upacara Sumpah Pemuda di halaman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pagi ini. Menurut Anies, dunia internasional sering terpukau menyaksikan pluralitas bangsa Indonesia.
Pasalnya, dari sekira 17 ribu pulau di sepanjang khatulistiwa, ada lebih dari 250 bahasa dan dialek dari 1.000 lebih etnis dan subetnis. Dunia melihat Indonesia sebagai bangsa yang hiperplural namun bisa hidup berdampingan secara relatif damai.
"Polarisasi, friksi, bahkan konflik antara berbagai komponen bangsa memang tidak absen. Konflik sering terjadi. Meski demikian, seburuk-buruknya konflik di Indonesia, pada saat harus duduk semeja berdialog dan merundingkan kepentingannya, mereka berkomunikasi tanpa penerjemah, duduk menyelesaikan konflik dengan menggunakan bahasa bersama, bahasa Indonesia," papar Anies, di halaman Kemendikbud, Selasa (28/10/2014).
Bagi Anies, kehadiran bahasa Indonesia merupakan bukti kesadaran sebangsa yang luar biasa. Bahkan, ini merupakan bukti kejeniusan para pemuda pada 1928.
"Kesadaran perlunya instrumen pemersatu kebhinekaan adalah fondasi terwujudnya satu negara.
Kemampuan membaca perubahan zaman itu diterjemahkan dengan besarnya optimisme anak-anak muda tentang masa depan bangsanya," tutur Anies. (*/oz/sh)