Pewarna Alami/Ist Manadotopnews.com -Tanaman di alam bebas ternyata tak hanya berguna bagi ekosistem alam. Daun-daun sejumlah tanaman...
Pewarna Alami/Ist |
Manadotopnews.com-Tanaman di alam bebas ternyata tak hanya berguna bagi ekosistem alam.
Daun-daun sejumlah tanaman pun ternyata memiliki manfaat lain untuk
manusia, yakni sebagai pewarna alami pakaian.
Dalam open house
Puslit Biologi Bidang Botani yang digelar di LIPI Cibinong Science
Center (CSC), Cibinong, Bogor, ditampilkan beberapa daun tanaman yang
dapat menjadikan pakaian kita cantik berwarna warni. Salah satu di
antaranya adalah daun dari tanaman liar Kareumbi (Omalanthus Popilneus).
"Iya
ini tanaman liar, banyak kok di jalan-jalan. Daunnya saja yang dipakai.
Kita di sini hanya pergunakan daunnya. Kalau pakai batang atau kulit
pohon bisa merusak tanaman," ujar peneliti Puslit Biologi bidang Botani
Dra. Diah Sulistiarini di lokasi, (12/9).
Selain
Kareumbi, beberapa daun tanaman yang bisa dijadikan pewarna alami
pakaian adalah Alpukat (Persea Americana), Salam (Syzygium Polyanthum),
Mahoni (Swietenia Mahagoni), Jantung Pisang (Musa sp), Jambu Biji
(Psidium Guajava), Kunyit (Curcuma Domestica), Tarum, dan Secang.
Meski
begitu, pewarna pakaian dari daun tanaman ini tak dapat berdiri
sendiri. Ada bahan Fixsasi yang diperlukan untuk mengikat pakaian, di
antaranya kapur sirih, tawas, dan Fero Sulfat (Fe So4).
Menurut
Diah, warna yang dihasilkan dari tiap daun tanaman bisa berbeda-beda
tergantung dari bahan Fixsasi yang digunakan. Jenis bahan pun juga
menentukan hasil warna yang dihasilkan.
"Warna tergantung fixsasi
dan bahannya. Warna hasil beda. Pakaii Fe So4 umumnya kehitaman
(gelap), kalau pakai tawas lebih muda, kapur agak terang," kata Diah.
Proses pewarnaan pakaian ini relatif mudah dan bisa dikerjakan sendiri
di rumah. Langkah awal adalah dengan merebus daun tanaman yang
diinginkan, setelah itu bahan kain atau pakaian lantas direndam ke dalam
air rebusan tersebut.
Lama perendamannya pun tergantung sampai
seperti apa hasil yang kita inginkan. Langkah terakhir adalah dengan
mencelupkan hasil bahan/kain atau pakaian rendaman ke bahan pengikat
warna (fixsasi).
Diah pun sempat menunjukkan bagaimana proses
pewarnaan tersebut. Jantung pisang jika difixsasi dengan kapur akan
menjadi warna cokelat, jika dengan Fe So4 menjadi biru kehijauan,
sementara dengan tawas menjadi warna soft.
"Kita berhasil
mendapat warna kemerahan alpukat pakai kapur. Daun mahoni pakai kapur
juga bagus. Kalau pewarnaan dengan proses ini jelas aman, karena dari
daun, alami ya," tutur peneliti yang yang menangani klasifikasi anggrek
ini.
Untuk pewarnaan dengan menggunakan tanaman makanan seperti
kunyit disebut Diah justru hasilnya kurang bagus. "Yang kelihatannya
bagus dari daun jambu-jambuan. Bisa menampilkan warna soft dan biru,"
sambungnya.
Pengunjung pun terlihat tertarik pada booth ini.
Sejumlah siswa sekolah tampak menyoba proses pewarnaan alami tersebut.
Bahkan rombongan ibu-ibu dari Batik Bogor Handayani Geulis sangat
antusias.
"Ini menarik ya. Kami punya program Batik go to school
di Bogor, mengajari pembatikan ke sekolah-sekolah. Bisa kami sampaikan
nanti proses pewarnaan alami ini," ujar salah satu anggota rombongan,
Ibu Lilis saat menyaksikan proses pewarnaan.
Pewarna alami dari
daun tanaman juga bisa digunakan sebagai bahan pewarna untuk pembuatan
batik. Sejumlah kain-kain batik cantik hasil pewarnaan pun dipamerkan
dalam booth ini. (*)