Ilustrasi Demam Berdarah Kotabunan, Manadotopnews.com - Sebelumnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), di-Kabupaten Boltim, satu pasi...
Ilustrasi Demam Berdarah |
Kotabunan, Manadotopnews.com - Sebelumnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), di-Kabupaten Boltim, satu pasien meninggal tepatnya di wilayah Puskesmas modayag. Kali ini kasus DBD kembali terjadi di-Kecamatan Kotabunan.
Fajral Potabuga, siswa kelas 2 SD warga Kotabunan Barat, Kecamatan Kotabunan, terpaksa dirawat di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou lantaran mengalami DBD.
Anak dari pasangan Parid Potabuga dan Amang Beeg ini awalnya dirawat di Puskesmas Kotabunan, lalu dirujuk ke Rumah Sakit (RS) Ratatotok Buyat, kemudian dirujuk ke RS Kotamobagu, dan ahirnya di larikan ke RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Malalayang, karena kondinya kritis.
"Anak itu tiga kali dirujuk. Pertama di Rumah Sakit Ratatotok Buyat, yang kedua di Rumah Sakit Kotamobagu, namun karena kondisinya kritis, ahirnya keluarga membawanya ke Rumah Sakit Prof. Dr. R. D. Kandou
Malalayang," kata Pusran Beeg yang diketahui adalah paman Fajral Potabuga, Senin (23/10).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes), Kabupaten Boltim, Eko Marsidi, mengatakan, kasus DBD sebenarnya Puskesmas di Boltim masih dapat menangani, tetapi jika sudah 3 sapai 4 hari panas disertai pendarahan, pasien harus dirujuk.
"Kalau sudah 3 atau 4 hari panas dan sudah di sertai perdarahan pasien harus di rujuk. Selain itu perlu ada penetapan diagnosa melalui pemeriksaan laboratorium. Pasien dirujuk karena perlu penanganan lanjutan," terang Marsidi saat di konfirmasi media ini Minggu (22/10).
Lebih lanjut dikatakannya, gejala DBD, awalnya panas tinggi berulang dan ada bercak merah di pergelangan. Sehingga untuk pencegahannya kata Marsidi, yaitu lakukan 3m + menggunakan kation anti nyamuk. "Kalau warga taat membersihkan lingkungan maka tempat hidup nyamuk menjadi tidak ada sehingga nyamuk Aedes Aegypti sebagai pembawah virus menjadi tidak ada," jelasnya.
"Sekarang semua bergantung kepada warga masyarakat, kami sudah berulang lakukan sosialisasi, sudah berulang lakukan foging, tapi kasus selalu berulang karena lingkungan masyarakat tidak bersih," kunci Marsidi.
(Matt/Rey)