Jejak Sang 'Garuda'/Ist Manadotopnews.com -Elang jawa, satwa endemik yang mempunyai nama latin Spizaetus bartelsi ini telah ...
Jejak Sang 'Garuda'/Ist |
Manadotopnews.com-Elang jawa, satwa endemik yang mempunyai nama latin Spizaetus bartelsi ini telah ditetapkan sebagai satwa nasional. Sosoknya yang gagah perkasa menjadi inspirasi bagi para pendiri bangsa saat menetapkan lambang negara Republik Indonesia, Garuda Pancasila.
Namun kini populasi burung garuda itu sudah mulai langka. Bahkan lembaga konservasi dunia memasukkan elang jawa dalam daftar merah satwa yang terancam punah.
Di Hutan Kondang Merak, Malang, Jawa Timur, seekor anak elang Jawa terlihat sangat lahap menyantap hasil buruan induknya. Meski usianya belum genap 2 bulan, anak elang jawa tersebut terlihat cukup aktif.
Sesekali ia mengepakkan sayapnya dan melompat-lompat di antara dahan dan sarang. Anak elang jawa itu tengah melatih otot sebelum siap terbang. Sementara sang induk mengamati perilaku anaknya dari kejauhan.
Keluarga elang Jawa di hutan ini bersarang di pohon kedondong dengan ketinggian sekitar 20 meter. Lokasi tersebut dianggap cukup aman untuk menghindari hewan pemangsa lain yang bisa mengancam keselamatan anaknya.
Anak elang jawa di hutan seluas 1.900 hektare ini lebih beruntung. Tidak seperti nasib populasi elang jawa di lereng Gunung Merapi, DI Yogyakarta yang terancam punah. Bahkan, data Taman Nasional Gunung Merapi menunjukkan, hingga tahun lalu jumlah elang Jawa di kawasan itu hanya tersisa 4 ekor.
Beralih ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sukabumi, Jawa Barat. Dahulu, kawasan ini menjadi tempat penelitian Max Edward Gotlieb Bartels, penemu spesies elang jawa. Bartels merupakan warga Jerman yang hijrah ke Indonesia lebih dari seabad silam.
Ketertarikannya pada alam liar, membuat Bartels berhasil menemukan beragam jenis burung di Indonesia. Dan jasa terbesar Bartels adalah menemukan spesies elang jawa. Maka tak heran jika namanya diabadikan sebagai nama latin elang jawa, yakni Spizaetus bartelsi. (*/y)
Namun kini populasi burung garuda itu sudah mulai langka. Bahkan lembaga konservasi dunia memasukkan elang jawa dalam daftar merah satwa yang terancam punah.
Di Hutan Kondang Merak, Malang, Jawa Timur, seekor anak elang Jawa terlihat sangat lahap menyantap hasil buruan induknya. Meski usianya belum genap 2 bulan, anak elang jawa tersebut terlihat cukup aktif.
Sesekali ia mengepakkan sayapnya dan melompat-lompat di antara dahan dan sarang. Anak elang jawa itu tengah melatih otot sebelum siap terbang. Sementara sang induk mengamati perilaku anaknya dari kejauhan.
Keluarga elang Jawa di hutan ini bersarang di pohon kedondong dengan ketinggian sekitar 20 meter. Lokasi tersebut dianggap cukup aman untuk menghindari hewan pemangsa lain yang bisa mengancam keselamatan anaknya.
Anak elang jawa di hutan seluas 1.900 hektare ini lebih beruntung. Tidak seperti nasib populasi elang jawa di lereng Gunung Merapi, DI Yogyakarta yang terancam punah. Bahkan, data Taman Nasional Gunung Merapi menunjukkan, hingga tahun lalu jumlah elang Jawa di kawasan itu hanya tersisa 4 ekor.
Beralih ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Sukabumi, Jawa Barat. Dahulu, kawasan ini menjadi tempat penelitian Max Edward Gotlieb Bartels, penemu spesies elang jawa. Bartels merupakan warga Jerman yang hijrah ke Indonesia lebih dari seabad silam.
Ketertarikannya pada alam liar, membuat Bartels berhasil menemukan beragam jenis burung di Indonesia. Dan jasa terbesar Bartels adalah menemukan spesies elang jawa. Maka tak heran jika namanya diabadikan sebagai nama latin elang jawa, yakni Spizaetus bartelsi. (*/y)