Patung Maringka Pendiri Ratahan/Ist Manadotopnews.com- Suku Ratahan (Toulumalak atau Bentenan), adalah salah satu sub-suku Minahas...
Manadotopnews.com-Suku Ratahan (Toulumalak atau Bentenan), adalah salah satu
sub-suku Minahasa yang mendiami kecamatan Ratahan di provinsi Sulawesi
Utara. Suku Ratahan, terutama berada di kabupaten Minahasa Tenggara, dan
tersebar di sekitar kota Ratahan, di kampung-kampung Ratahan, Wioi,
Wiau, Wongkai, Rasi, Molompar, Wawali, Minanga dan Bentenan. Populasi
suku Ratahan diperkirakan sebesar 15.000 orang pada sensus tahun 1989.
Suku Ratahan, hidup berdampingan dengan suku Pasan di suatu wilayah, sehingga di antara kedua suku ini susah dibedakan, selain itu kedua suku ini menggunakan bahasa dan adat-istiadat yang sama. Suku Ratahan dahulu bernama suku Toulumalak. Suku ini berasal dari Pakasa'an Touwuntu, yang terdiri dari 2 walak, yaitu Toulumalak (sekarang menjadi suku Ratahan) dan suku Tousuraya (sekarang menjadi suku Pahan).
Suku Ratahan bergabung dengan perserikatan Minahasa sekitar tahun 1690. Menurut sejarah bahwa nenek moyang pada awalnya berasal dari Minahasa, tapi mereka berperang dan pindah ke daerah Sulawesi Tengah, tapi kemudian mereka kembali ke daerah Minahasa, dan memiliki keterkaitan darah pada masa lalu, sehingga mereka menggabungkan diri dalam adat-istiadat Minahasa.
Suku Ratahan, hidup berdampingan dengan suku Pasan di suatu wilayah, sehingga di antara kedua suku ini susah dibedakan, selain itu kedua suku ini menggunakan bahasa dan adat-istiadat yang sama. Suku Ratahan dahulu bernama suku Toulumalak. Suku ini berasal dari Pakasa'an Touwuntu, yang terdiri dari 2 walak, yaitu Toulumalak (sekarang menjadi suku Ratahan) dan suku Tousuraya (sekarang menjadi suku Pahan).
Suku Ratahan bergabung dengan perserikatan Minahasa sekitar tahun 1690. Menurut sejarah bahwa nenek moyang pada awalnya berasal dari Minahasa, tapi mereka berperang dan pindah ke daerah Sulawesi Tengah, tapi kemudian mereka kembali ke daerah Minahasa, dan memiliki keterkaitan darah pada masa lalu, sehingga mereka menggabungkan diri dalam adat-istiadat Minahasa.
Menurut sejarah Minahasa, disebutkan kaum Taranak yang dipimpin oleh
Tonaas Wuntu, menuju ke Bentenan. Mereka mendirikan pemukiman di Ratan.
Mereka ini lah yang disebut suku Ratahan. Sedangkan yang menuju ke
Towuntu (Liwutung), disebut suku Tou Pasan. Sekelompok orang Tou Pasan
mengadakan tumani dan bermukim di Tawawu (Tababo), Belang dan Watuliney,
membaur dengan penduduk dari Taranak Ponosakan, yaitu keluarga Butiti,
Wumbunan dan Tubelan yang datang dari Wulur Mahatus (Pontak), dan mereka
disebut sebagai suku Tou Ponosakan.
Orang Ratahan pada masa dahulu menganut sistem kepercayaan tradisional yang bersifat monotheisme dan mengandung unsur animisme. Pada saat bangsa Eropa tiba di Minahasa, agama Kristen diterima dengan tangan terbuka. Pada mulanya agama Kristen Katolik disebarkan oleh misionaris bangsa Spanyol dan Portugis abad ke-16 dan 17 dan dilanjutkan abad ke-19, Belanda masuk di Minahasa, agama Kristen Protestan berkembang dengan pesat, banyak penganut Katolik beralih ke Protestan. Penyebaran Protestan dilakukan oleh zendeling (pekabar injil Belanda) berkebangsaan Jerman dan Belanda. Kedudukan kolonial Belanda yang bertahan selama tiga abad di Minahasa menyebabkan orang Ratahan banyak memeluk aliran Protestan.
Orang Ratahan pada masa dahulu menganut sistem kepercayaan tradisional yang bersifat monotheisme dan mengandung unsur animisme. Pada saat bangsa Eropa tiba di Minahasa, agama Kristen diterima dengan tangan terbuka. Pada mulanya agama Kristen Katolik disebarkan oleh misionaris bangsa Spanyol dan Portugis abad ke-16 dan 17 dan dilanjutkan abad ke-19, Belanda masuk di Minahasa, agama Kristen Protestan berkembang dengan pesat, banyak penganut Katolik beralih ke Protestan. Penyebaran Protestan dilakukan oleh zendeling (pekabar injil Belanda) berkebangsaan Jerman dan Belanda. Kedudukan kolonial Belanda yang bertahan selama tiga abad di Minahasa menyebabkan orang Ratahan banyak memeluk aliran Protestan.
Masyarakat suku Ratahan, hidup pada bidang pertanian. Mereka menanam
padi, sayur dan buah-buahan. Beberapa tanaman keras seperti cengkeh,
kopra dan salak menjadi tanaman utama mereka. Para perempuan banyak yang
berprofesi sebagai penenun kain khas Bentenan. Selain itu bidang
profesi lain juga mereka tekuni seperti menjadi pedagang, guru, pegawai
dan lain-lain