Istimewa MTN.com -Sudah lima bulan lamanya ribuan perangkat Desa di Minahasa Utara (Minut) belum menerima gaji. Kondisi ini bertentanga...
Istimewa |
MTN.com-Sudah lima bulan lamanya ribuan perangkat Desa di Minahasa Utara (Minut) belum menerima gaji. Kondisi ini bertentangan dengan harapan mereka yang justru sedang berharap kenaikan gaji di pertengahan tahun ini.
Rubi Worek, seorang kepala lingkungan (pala) mengatakan, gajinya perbulan sebesar 450 ribu. Nominal gajinya tetap sama sejak 2009 lalu. "Gaji kami tidak naik - naik," keluhnya.
Ia mengibaratkan jadi Pala ibarat "padamu negeri". Dengan gaji kecil yang tidak rutin dibayar, ia musti menangani banyak pekerjaan yang pelik, dari sensus, pajak, hingga mengurus pertengkaran warga.
Berbeda dengan karyawan kantoran, seorang pala bertugas tujuh hari seminggu, dan 24 jam sehari. "Semuanya harus Pala yang tangani. Pala itu ujung tombak pemerintahan. kami sering mendapat tekanan dari warga serta atasan," kata dia.
Pernah, ia bercerita, nyaris jadi korban pemukulan, ketika menyelamatkan orang yang nyaris dipukul. Ia mengaku tak bisa berharap dari gajinya sebagai pala.
Untuk menghidupi keluarganya, ia menjadi pekerja swasta, serta menjalani hobi memasaknya dengan menjual ikan masak.
Sampai kapan dirinya akan bertahan? Seperti yang diibaratkannya, "padamu negeri ", ia mengaku akan terus melayani rakyat sambil menanti kemurahan hati pemerintah. "Mau berhenti, saya juga kasihan dengan warga, apalagi saya sudah belasan tahun jadi Pala," kata dia.
Sem yang berprofesi sebagai pala mengaku terpaksa ngojek untuk menyambung hidup. Sebelum ngojek, ia pernah jadi tukang kebun serta tukang batu.
"Dengan jadi tukang ojek, dapur di rumah saya bisa ngepul, meski rasanya juga masih sangat kurang," kata dia.
Kisruh pembayaran tunjangan aparat Desa hampir saja membuatnya kehilangan istri. Semenjak gaji Pala tak dibayar tahun lalu, ia dan istrinya sering bertengkar. Istrinya memintanya berhenti jadi Pala, sementara ia sudah keenakan dengan pekerjaan itu.
"Akhirnya diperoleh jalan keluar bila saya harus cari pekerjaan sampingan," kata dia. Ia mengaku sangat mencintai istrinya serta pekerjaannya, hingga berharap pemerintah segera menaikkan gaji untuk aparat desa serta membayarnya dengan rutin.
Seorang pala yang enggan namanya dikorankan mengaku sudah bosan dengan janji pemerintah menaikkan tunjangan, hingga berencana menggelar unjuk rasa. "Kita akan unjuk rasa," kata dia.
Anggota DPRD Minut Denny Wowiling mendesak Pemkab Minut untuk segera membayar gaji para aparat Desa. Ia menyesalkan, Pemkab sepertinya tidak ada perhatian terhadap nasib para aparat Desa.
"Padahal merekalah yang jadi ujung tombak Pemkab Minut," kata dia.
Kaban BPMPD Jeanete Posumah mengatakan, pengurusan gaji aparat Desa masih dalam proses. Diakuinya, pengurusan gaji aparat Desa rumit serta makan waktu panjang. "Dari desa harus ke kecamatan, lalu ke BPMPD," kata dia.
Kendala lainnya, ujar dia, adalah harus ditandanganinya MOU antara Bupati serta BPMPD sesuai aturan yang berlaku. "Ini akan segera ditandatangani," kata dia. (*/tm)
Rubi Worek, seorang kepala lingkungan (pala) mengatakan, gajinya perbulan sebesar 450 ribu. Nominal gajinya tetap sama sejak 2009 lalu. "Gaji kami tidak naik - naik," keluhnya.
Ia mengibaratkan jadi Pala ibarat "padamu negeri". Dengan gaji kecil yang tidak rutin dibayar, ia musti menangani banyak pekerjaan yang pelik, dari sensus, pajak, hingga mengurus pertengkaran warga.
Berbeda dengan karyawan kantoran, seorang pala bertugas tujuh hari seminggu, dan 24 jam sehari. "Semuanya harus Pala yang tangani. Pala itu ujung tombak pemerintahan. kami sering mendapat tekanan dari warga serta atasan," kata dia.
Pernah, ia bercerita, nyaris jadi korban pemukulan, ketika menyelamatkan orang yang nyaris dipukul. Ia mengaku tak bisa berharap dari gajinya sebagai pala.
Untuk menghidupi keluarganya, ia menjadi pekerja swasta, serta menjalani hobi memasaknya dengan menjual ikan masak.
Sampai kapan dirinya akan bertahan? Seperti yang diibaratkannya, "padamu negeri ", ia mengaku akan terus melayani rakyat sambil menanti kemurahan hati pemerintah. "Mau berhenti, saya juga kasihan dengan warga, apalagi saya sudah belasan tahun jadi Pala," kata dia.
Sem yang berprofesi sebagai pala mengaku terpaksa ngojek untuk menyambung hidup. Sebelum ngojek, ia pernah jadi tukang kebun serta tukang batu.
"Dengan jadi tukang ojek, dapur di rumah saya bisa ngepul, meski rasanya juga masih sangat kurang," kata dia.
Kisruh pembayaran tunjangan aparat Desa hampir saja membuatnya kehilangan istri. Semenjak gaji Pala tak dibayar tahun lalu, ia dan istrinya sering bertengkar. Istrinya memintanya berhenti jadi Pala, sementara ia sudah keenakan dengan pekerjaan itu.
"Akhirnya diperoleh jalan keluar bila saya harus cari pekerjaan sampingan," kata dia. Ia mengaku sangat mencintai istrinya serta pekerjaannya, hingga berharap pemerintah segera menaikkan gaji untuk aparat desa serta membayarnya dengan rutin.
Seorang pala yang enggan namanya dikorankan mengaku sudah bosan dengan janji pemerintah menaikkan tunjangan, hingga berencana menggelar unjuk rasa. "Kita akan unjuk rasa," kata dia.
Anggota DPRD Minut Denny Wowiling mendesak Pemkab Minut untuk segera membayar gaji para aparat Desa. Ia menyesalkan, Pemkab sepertinya tidak ada perhatian terhadap nasib para aparat Desa.
"Padahal merekalah yang jadi ujung tombak Pemkab Minut," kata dia.
Kaban BPMPD Jeanete Posumah mengatakan, pengurusan gaji aparat Desa masih dalam proses. Diakuinya, pengurusan gaji aparat Desa rumit serta makan waktu panjang. "Dari desa harus ke kecamatan, lalu ke BPMPD," kata dia.
Kendala lainnya, ujar dia, adalah harus ditandanganinya MOU antara Bupati serta BPMPD sesuai aturan yang berlaku. "Ini akan segera ditandatangani," kata dia. (*/tm)